Subscribe Us

Responsive Advertisement

Advertisement

SEKOPUS


Hari itu, kami melangkah dalam sebuah ruang di sepanjang deretan gedung. Seakan-akan melangkah di atas ruas jalan yang telah dipindahkan dari luas dalam sudut sempit. Di saat itu kami sadar, ruang itu adalah sebuah titik dalam peta.
Kampus, di mana pun letaknya, ia sesuatu yang generik: serangkaian bangunan besar yang berisi beragam ruang kuliah. Ruang kuliah adalah sebuah pengulangan. Kita bisa berpindah dari yang satu ke yang lain dan mengalami hal yang sama. Kelas-kelas memajang dari satu bangunan ke bangunan lain. Di dalamnya, intelektualitas ditampilkan dengan narasi ilmiah yang dinamis.
Scopus, tampaknya punya peran tersendiri di sini. Ia perpanjangan dari standar ilmiah. Ilmu tiap kali memang memperbarui diri, tetapi sebenarnya ia merupakan cerminan pengulangan. Ia hidup, datang berulang kali untuk memperoleh pengakuan. Scopus adalah batas yang perlu diperhatikan eksistensinya, karena ia adalah penanda kadar intelektual. Sebagai tanda, tulisan meninggalkan bekas. Ia adalah bukti, agar khalayak tau secara permanen bahwa ia cerminan kebaruan.
Magnum opus, mengandung orisinalitas, antara empu dan mahakaryanya. Di satu pihak, mahakarya adalah sesuatu yang di luar empunya. Tapi di lain pihak, ia bagian darinya. Itu sebabnya, ada proses yang merupakan satu bagian hakiki dari karya—satu kesimpulan yang sebelumnya tidak ditemukan.
Lulus, dengan tugas yang tak kunjung habis itu semua terfokus, tapi semua melihat ke arah satu titik, mengajak kita masuk ke dalam dunia yang berkembang pesat. Titik itu seakan-akan menjadi cermin. Dan sebagaimana cermin, ia menyajikan ilusi tentang kehidupan. Ia juga mendorong kita untuk melihat diri sendiri silih berganti antara ”pantas" dan "kurang pantas". Dalam peralihan itu, manusia memerlukan ilmu baru. Ilmu baru adalah tanda bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan.
Ritus, sebuah manifestasi spiritualitas, diwakili prosesi esoteris yang transenden. Dalam hal ini manusia tidaklah otonom yang hadir dengan kehidupan mereka sendiri. Ritus bukan seperti kreasi manusia. Ia berhubungan dengan Tuhan, selain dengan umat manusia. Terkadang, manusia "lupa", bahwa ritus adalah jembatan penghubung antara kampus, scopus, magnum opus dan lulus.
Demikian. 😁

Post a Comment

0 Comments

FAHRUDDIN FAIZ