Aku tidak bisa berkata-kata
ketika bertemu Ahmed Soekarno kala itu. Aku kagum dan hormat tiada kira dapat
bersua dengan manusia Indonesia yang gagah dan mengguncang dunia.
"Hey,
anak muda!", sapanya. "Dalem, Pak", sahutku. Manusia setengah
"dewa" itu mendekatiku dan berkata: "Ingat anak muda, pengabdian
kepada perjuangan kemerdekaan itu tidak mengenal maut, tidak mengenal habis,
pengabdian yang sungguh-sungguh pengabdian". Hatiku tergetar mendengar
"sabda" itu.
Sembari
memegang tongkat komando ia melanjutkan: "Badan manusia bisa hancur, badan
manusia bisa dimasukkan ke dalam kerangkeng, badan manusia bisa dimasukkan
dalam penjara, badan manusia bisa ditembak mati, badan manusia bisa dibuang ke
tanah pengasingan yang jauh daripada tempat kelahirannya. Tetapi pengabdian
kepada perjuangan kemerdekaan tidak bisa ditembak mati, tidak bisa
dikerangkeng, tidak bisa dibuang ke tempat pengasingan".
Allah
Karim, Pemimpin Besar Revolusi itu membuatku merinding. Ia menyadarkanku bahwa
perjuangan untuk meraih kedaulatan tanah air ini begitu luar biasa. Pesan yang
membuatku lebih mencintai tanah air ini dari sebelumnya.
Aku
tertegun, dan teringat akan sajak Sang Celurit Emas:
"..Sepotong surga yang
diturunkan Allah di bumi
Kita minum air Indonesia menjadi
darah kita
Kita makan buah-buahan dan beras
Indonesia menjadi daging kita
Kita menghirup udara Indonesia
menjadi napas kita
Satu saat nanti kalau kita mati
Kita akan tidur pulas dalam
pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang hancur akan
menyatu dengan harumnya bumi Indonesia".
*Cerita ini hanya fiktif dan
rekayasa belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita
adalah unsur kesengajaan dan khayalan penulis. Heuheuheu..
0 Comments