Subscribe Us

Responsive Advertisement

Advertisement

OPOSISI


   Hegemoni, kata Gramsci, bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, namun dengan persetujuan melalui kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni serupa dengan organisasi konsensus.
Bagi Gramsci, hegemoni dijalankan dengan tanpa kekerasan. Sehingga idea dilatenkan dan dapat diterima sebagai sesuatu yang lumrah. Tegasnya, dalam mempertahankan kekuasaan, pelestarian kepatuhan aktif dari kelompok yang didominasi menggunakan kepemimpinan intelektual, moral dan politik. 
Betapapun gagahnya teori Gramsci, hegemoni selalu dikaitkan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai kelas diktator. Dalam hal ini, hegemoni merujuk pada kedudukan ideologi suatu kelompok (kelas) manusia.
Akhirnya, ini berdampak pada seberapa banyak dukungan rakyat yang berideologi sama dengan pemerintah, serta seberapa banyak ideologi berbeda dengan kekuasaan tersebut.
Perbedaan ideologi tersebut kerap berujung pada benturan-benturan. Baik antara penguasa dan rakyat, ataupun rakyat dengan kekuatan pendukung kekuasaan. Konflik ideologi inilah, menurut Chonk Boss, akan menghadirkan oposisi. Oposisi adalah sebuah niscaya.

Post a Comment

3 Comments

FAHRUDDIN FAIZ