Subscribe Us

Responsive Advertisement

Advertisement

ZONA


Mereka adalah mahasiswa pada kampus berbasis teknologi. Sepintas kita akan berfikir bahwa nalar mereka cenderung mekanis; berisi rumus-rumus dan komponen yang rumit.
Namun saat membahas persoalan bangsa, kesadaran kritis mereka terbangun, terbangun dari kenaifan yang tertimbun. Ya, mereka keluar dari "zona nyaman", membentur kekangan kurikulum dan merdeka dari aturan-aturan.
Naif, pasif, lalu kritis. Statis, skeptis, kemudian dinamis.
Di balik paradigma eksakta yang dilembagakan, ada keadaan dan daya yang tak terhitung ragamnya; para pemuda dengan semangat berapi-api dan jantung berdebar memupuk nalar kritis dan keberanian.
Perlu diingat, para pendiri bangsa ini adalah mereka yang keluar dari "zona nyaman". Soekarno (Teknik) dan Cipto Mangunkusumo (Kedokteran) dapat menjadi teladan. Mereka bebas dari tindihan (sistem) pendidikan, dengan misi melepas kerangkeng penjajahan.
Itu sebabnya pendidikan bukan ritual; dengan puja puji dan kepatuhan "spiritual". Dan mahasiswa bukan berhala, bukan patung pualam yang mudah lapuk dan lekang.
Salam Mahasiswa!

Post a Comment

0 Comments

FAHRUDDIN FAIZ